Minggu, 08 Februari 2009

Pergerakan Nasionaliseme Di Jepang

Jika harus menyebut wilayah di Jepang yang banyak menelurkan pemimpin berkaliber nasional Jepang, maka mau tak mau orang harus mengakui keberadaan Yamaguchi. Prefektur di wilayah Chugoku dan menjadi buntut Pulau Honshu dan sangat dekat dengan Pulau Kyushu ini menjadi tempat asal samurai reformis bernama Choushu. Di akhir Periode Edo (bakumatsu), Choushu, Satsuma (Kagoshima saat ini), dan Tosa (Kouchi) dengan Sakamoto Ryoma-nya adalah daerah2 yang berperan dalam mempercepat runtuhnya sistem feodalistik (Aliansi Satsuma-Choushu, satchou doumei). Tapi melihat perkembangan langsung daerahnya, rasanya orang tak akan mengira bahwa Yamaguchi yang diliputi oleh pegunungan ini dahulunya mempunyai sejarah yang kental dengan pergerakan nasional di Jepang. Di tengah larangan berhubungan dengan dunia luar (sakoku), pemerintah wilayah Choushu -yang memang tak sependapat dengan pemerintah pusat- mengirim putra2 daerahnya ke Inggris. Meskipun beberapa wilayah juga melakukan hal serupa, namun putra2 Yamaguchi lah yang di kemudian hari benar2 menunjukkan potensinya sebagai pemimpin kaliber negara. Bagi yang mampu, teladan yang sangat layak diikuti :-P.

Lima pemuda dari Choushu (nama lama Yamaguchi) yang terdiri dari Itou Hirofumi, Inoue Kaoru, Inoue Masaru, Endou Kinsuke, dan Yamao Yozo adalah para pemuda hebat itu. Mereka berlima menjadi tokoh2 di awal Revolusi Meiji. Filmnya yang berjudul “The Choushu Five” diputar awal tahun ini akan membantu untuk memahami sepak terjang mereka di akhir2 Periode Edo. Kelimanya yang merupakan kalangan terpelajar di lingkungan samurai, harus rela dikirim secara sembunyi2 ke Inggris, menuntut ilmu di UCL (University College London) dan sekolah lainnya di Eropa. Sekembalinya dari Inggris yang berlainan durasinya itu, mereka mampu secara nyata (fenomenal bahkan) berkontribusi di awal2 masa Restorasi Meiji. Itou Hirofumi mampu menjadi Perdana Menteri Jepang pertama (yang nantinya muncul lagi sebagai PM ke-5, 6, dan 7). Sistem demokrasi sipil yang dipelajarinya dari barat diterapkannya untuk mengubah sistem pemerintahan yang masih sangat feodal. Inoue Kaoru dengan ketrampilan diplomasi dan pembuatan senjata tampil sebagai Menteri Luar negeri pertama zaman Itou Hirobumi. Inoue Masaru pulang dengan idenya membangun sistem perkeretaapian yang baru di Jepang. Endou Kinsuke pulang dan memimpin Biro Percetakan Jepang (Japan Mint Bureau). Sedangkan Yamao Yozo merevolusi industri Jepang dan membuat modern pendidikan teknik Jepang (cikal bakal Teknik Todai).

Sebelumnya, Yashida Shoin, guru dari Itou Hirofumi maupun Takasugi Shinkaku adalah orang yang ingin “kabur” dari gelap dan tertutupnya Jepang akibat sakoku. Tapi malang, Beliau tertangkap dan dijebloskan penjara dan selanjutnya selalu dalam pengawasan pihak penguasa.. Meskipun begitu, kegiatan untuk terus berbagi ilmu terus dilakukan. Paham ajarannya sungguh sangat mempengaruhi banyaknya tokoh2 nasional, utamanya dari Yamaguchi. Tak heran, bila Pak Koizumi pun memilih Beliau sebagai tokoh idolanya. Sejalan dengan peran Yamaguchi dalam perjalanan sejarah Jepang, sampai di awal 30-an, PM Jepang tampak masih seperti digilir antara klan2 yang “mendukung” Reformasi Meiji: Yamaguchi (Choushu) dan Kagoshima (Satsuma). Dan ada hubungannya atau tidak, pada era modern pun, Yamaguchi juga menyumbang beberapa pemimpin Jepang. Sampai Pak Abe Shinzo memangku jabatan PM yang kurang dari setahun kemarin, tercatat PM berasal dari Yamaguchi ada 8 orang.

Untungnya para tokoh di awal Reformasi Meiji itu tak berpikiran sempit untuk memindah ibukota atau memperkaya daerahnya, sehingga jika itu dilakukan siapa tau Prefektur Yamaguchi tak akan setenang saat ini dan beranjak dari posisi medioker dalam hal ekonomi (GDP atau souseisan misalnya) di antara todoufuken :-). Terakhir, dari Prefektur Yamaguchi ini, orang juga bisa belajar bagaimana kota2 di dalamnya mengemban fungsinya secara pas. Prefektur Yamaguchi sendiri sangat didominasi oleh banyaknya pegunungan di wilayahnya. Kota Yamaguchi yang dibangun “meniru” Kyoto terletak di tengah pegunungan itu, sehingga sangat sulit berkembang karena keterbatasan alam ini. Tapi tautan sejarah maupun letaknya yang strategis di tengah membawa perannya sebagai ibukota administrasi wilayah ini. Kota besar yang ada sebenarnya adalah Kota Shimonoseki, kota pelabuhan sekaligus kota industri di ujung timur laut. Langsung berbatasan dengan Kokura atau Kita Kyushu, dan mungkin saja bila bom “Fat Man” yang keliru jatuh di Nagaski itu tepat mengenai Kokura sebagai kota industri Jepang pada saat itu, kota ini pun akan ikut merana. Selanjutnya, Kota Ube di mana pelabuhan udara maupun Universitas Yamaguchi berada, lebih berperan sebagai kota bisnis dan pendidikan. Di utara terletak Kota Hagi yang -seperti di atas tadi- meski kecil, namun banyak menelurkan tokoh2 besar dalam sejarah Jepang dengan perannya sebagai kota tradisional berbasis pertanian/perikanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar